Senin, 04 Januari 2010

mengatasi rasa bosan dlm aikido

Rasa bosan atau jenuh adalah salah satu kendala yang ditemui oleh hampir semua orang yang berlatih aikido. Rasa bosan dalam berlatih aikido banyak faktor penyebabnya antara lain, bentuk latihan dasar yang monoton, teknik dasar aikido yang terkesan tidak aplikatif, tidak adanya pertandingan ataupun wahana “uji kemampuan” untuk melihat apakah latihan kita sudah benar atau belum, dan lagi ditambah pemahaman terhadap filosofi terasa sangat sulit dicapai melalui latihan yang kita lakukan.

Rasa bosan yang muncul dari rutinitas dan keadaan seperti diatas dapat meng-hinggapi siapa saja dan pada tingkatan sabuk mana-pun. Pada awal belajar aikido dimana masih banyak perbendaharaan teknik yang dapat dipelajari dan keinginan memiliki sabuk berwarna dan mengenakan hakama masih tinggi, biasanya semangat berlatih masih berkobar-kobar (walaupun ada juga yang cepat bosan dan kemudian quit), rasa bosan biasanya mulai muncul ketika telah mendapatkan sabuk coklat dan mencapai puncaknya pada saat memiliki sabuk hitam. Tidak sedikit praktisi aikido pada saat telah berstatus yudansha, dimana semua teknik sudah tahu (definisi: tahu ≠ menguasai apalagi memahami) kemudian mulai kehilangan tujuan latihan dan akhirnya bosan, ada yang kemudian mulai non-aktif, ada juga yang tetap latihan bahkan mengajar namun dengan “menambahkan” teknik-teknik aplikasi, ground fighting dan sebagainya dengan alasan kalau basic (teknik dasar) saja tidak akan cukup, saya tidak akan berdebat soal apakah yang seperti ini benar atau salah, tapi saya berasumsi hal seperti ini terjadi lebih di karenakan rasa bosan berlatih basic.

Dari pembahasan saya dengan Hakim Sensei tentang hal ini beberapa waktu yang lalu, saya menyimpulkan bahwa kebanyakan dari kita setelah sekian lama berlatih , terjebak pada apa yang disebut pengulangan teknik. Yang dimaksud disini adalah setelah tahu bagaimana bentuk gerakan sebuah teknik, kita tidak tahu lagi apa yang harus kita pelajari dan akhirnya latihan menjadi sebuah rutinitas melakukan teknik yang itu-itu lagi selama bertahun-tahun hanya mengulang dan mengulang bentuk gerakan dari teknik tersebut. O’Sensei pernah berpesan bahwa “rahasia aikido tidak terletak pada teknik yang kita lakukan melainkan pada bagaimana kita menempatkan pikiran dan hati kita”. Wejangan beliau ini secara eksplisit mengingatkan kita agar tidak terpesona dan berkutat hanya pada taraf teknik fisik, melainkan menggali lebih luas dan dalam ke arah apa yang terkandung didalam dan kemudian tercermin lewat gerakan fisik tersebut.

Pendek kata, tanpa disertai dengan pengkajian esensi dan pemahaman terhadap hubungan gerakan teknis dengan filosofi yang seharusnya terkandung didalamnya, bentuk teknik yang di lakukan berkali-kali tidak akan meningkatkan efektivitas.

Hakim Sensei kala berdiskusi dengan saya mengingatkan dalam berlatih jangan mengulang kesalahan, tapi di aikido, itu saja tidak cukup, jika kita berhasil melakukan suatu teknik dengan benar-pun, jangan diulang!. Karena gerakan yang benar pada saat itu belum tentu benar (efektif) untuk serangan berikutnya. Karena meskipun bentuk serangannya sama, sifat tiap serangan adalah unik, dari mulai intensitas menyerang, arah, posisi awalan, dan masih banyak lagi faktor yang membedakan serangan sebelumnya dengan kali berikutnya. Dan karena aikido bertujuan mengharmoniskan diri kita dengan keadaan, maka tidak masuk akal jika kita melakukan cara yang sama untuk mengharmoniskan diri kita dengan dua hal yang berbeda.

Jadi, yang semustinya menjadi tujuan kita pada saat berlatih adalah mendapatkan pemahaman tentang keharmonisan dari filosofi aikido dan berlatih untuk menghidupkannya lewat teknik aikido. Jika kita mensikapi latihan kita seperti ini niscaya kita tidak akan pernah “mengulang” satu teknik-pun meski harus melakukan gerakan teknik dasar yang sama ratusan bahkan ribuan kali. Mudah-mudahan dengan memahami esensi latihan seperti ini kita dapat terus merasa bersemangat dalam berlatih dan mencegah rasa bosan untuk hinggap di dalam hati kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar